Kisah Raeni

Diposting oleh Yank Utie on Jumat, 17 Oktober 2014

Raeni, putri tukang becak lulus Unnes dengan IPK 3,96




Di tengah ramainya pemberitaan soal pertarungan Capres-Cawapres saat itu, sosok Raeni (21) menjadi perhatian. Putri seorang tukang becak ini menjadi lulusan terbaik Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan IPK 3,96.

Mahasiswi Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) berkali-kali membuktikan prestasinya beberapa kali memperoleh indeks prestasi 4, sempurna.

Saat wisuda ( 11Juni 2014 ), Raeni naik becak yang dikayuh ayahnya, Mugiyono, ke kampus. Banyak yang terharu melihat perjuangan gadis ini dan ayahnya.

Raeni pun mengaku tak mudah meraih mimpinya. Namun gadis berjilbab ini tak mau kalah oleh keadaan.

Dalam waktu 3,5 tahun Raeni menyelesaikan kuliahnya. Dia mengalahkan kemiskinan dan beban hidup. Bukti siapa yang mau bersusah-susah akan berhasil. Man Jadda Wa Jadda.
Bagi Raeni, hasil yang diperolehnya adalah jawaban dari perjuangan panjang selama 3 tahun 6 bulan 10 hari mengenyam ilmu. Sejak di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Raeni mengaku sudah belajar dengan giat agar mendapat beasiswa.
Mugiyono, ayah Raeni mengaku hanya bisa mendukung putri bungsunya itu untuk berkuliah agar bisa menjadi guru sesuai dengan cita-citanya.

"Sebagai orang tua hanya bisa mendukung. Saya rela mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon," kata pria yang mulai menggenjot becak sejak 2010 itu seperti dikutip dari situs Universitas Negeri Semarang, http://unnes.ac.id, Rabu (11/6).

Raeni berkisah soal masa-masa kuliahnya. Dia tak cuma belajar di kampus, tetapi juga aktif mengikuti berbagai organisasi. Meski sering izin kuliah, dia berusaha tetap mengutamakan belajar. Buktinya IPK Raeni nyaris sempurna.

"Saya itu kemarin sering izin kuliah karena banyak kegiatan. Ikut lomba terus ikut delegasi ke beberapa kampus, pernah ke UI, ITB, IPB, UPI, UNP," jelasnya pada merdeka.com.

Karena mampu menjaga prestasinya, Raeni juga mendapat kesempatan praktik mengajar di Malaysia bersama dengan 14 anak di Unnes seangkatannya. Bungsu dua bersaudara ini mengaku sangat bangga dan senang mendapat kesempatan mengajar ke sana dan dibiayai sepenuhnya oleh kampus.
Raeni mempunyai cita-cita yang tak muluk-muluk, ingin jadi guru. Tapi dia pun ingin terus belajar hingga ke luar negeri.
Usai lulus, lanjut Raeni, untuk sementara dirinya dipercaya untuk menjadi asisten laboratorium jurusan komputer di Unnes.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan ibu Ani Yudhoyono menemui Raeni (21). SBY pun memuji Raeni yang tak mau menyerah oleh keadaan.

SBY mengaku akan mewujudkan cita-cita gadis itu untuk meneruskan sekolah ke Inggris. Raeni akan diberi program beasiswa presiden.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono menemui Raeni .Pertemuan digelar di ruang VIP Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timuri, Jumat (13/6). Sesaat sebelum Presiden SBY lepas landas menuju Denpasar.

Foto pertemuan tersebut diunggah SBY lewat akun twitternya.

Menurut SBY Sejak 2010, Pemerintah melalui Bidikmisi memberikan beasiswa untuk lebih dari 150.000 mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Unnes salurkan 1.850 beasiswa tiap tahun. Raeni adalah salah satunya.

Memenuhi rencana Raeni, pemerintah akan berikan kesempatan pendidikan S2 di luar negeri melalui Program Beasiswa Presiden," tulis SBY dalam akun Twitter resminya @SBYudhoyono, Jumat (13/6).

Seperti diketahui, Kepala Humas Unnes Sucipto Hadi Purnomo mengatakan, Raeni tak hanya mendapat tawaran beasiswa dari foundation namun banyak perusahaan ingin merekrut sarjana ekonomi ini jadi pegawainya, seperti dikutip dari situs resmi Universitas Negeri Semarang, http://unnes.ac.id..

Menurut Raeni, keberhasilan ini menjadi bukti meski tingkat perekonomian keluarganya susah dia tetap bisa membanggakan kedua orang tuanya. Tapi Raeni menyadari apa yang didapatnya selama ini tak lepas dari doa orang tuanya.
Rencananya, Raeni akan mencoba daftar di London School of Economics and Political Science di Inggris.
"Saya mau ambil gelar magisternya di LSE," ujarnya saat ditanya, di PMPP, IPSC, Sentul, Bogor, Rabu (15/10).
Saat ini, Raeni tengah melakukan persiapan skor IELTS dan TOEFLnya untuk bisa mendapatkan Letter of Acceptance (LoA) dari universitas terbaik ke 25 di dunia. Menurut Raeni, dulu saat kuliah pernah mencoba tes TOEFL dan skornya saat itu hanya mencapai 500.

Namun yang dibutuhkan untuk lolos di LSE lebih tinggi dari itu. "Saya lihat, beberapa kali buka beritanya, TOEFL dan IELTSnya yang diminta tinggi banget. Tapi skor itu saya tempel di kamar, biar saya ingat, buat acuan saya setiap kali lihat tempelan itu, Insya Allah bisa, saya bisa mengejar itu," ungkap Raeni.

Anak bungsu dari dua bersaudara ini pun membeberkan tipsnya saat mendapat IPK tertinggi di kampusnya. Raeni mengatakan setiap harinya dia selalu belajar, belajar adalah bagian dari rutinitasnya sehari-hari.

"Belajar itu kayak kegiatan saya sehari-hari," ujarnya.

Kemudian, doa orang tua juga menjadi pengaruh dari keberhasilannya. "Doa orang tua memberikan kontribusi yang sangat luar biasa, bapak saya berpesan seperti ini "Nak, saya tidak bisa memberikan apa-apa tapi bapak hanya bisa berdoa semoga kamu menjadi yang terbaik, dan kamu selalu menjalankan yang terbaik dalam setiap aktivitas," ujar Raeni seperti apa yang selalu dikatakan bapaknya.

"Jadi prinsip saya ya 'Do the best' for my dedication to Allah," ujarnya.
Disarikan oleh : Sri Rahayu , pada hari Jumat, 17 Oktober 2014
Sumber : Merdeka.Com

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

 

Total Tayangan Halaman